Rabu, 24 Desember 2008

Kompleksometri

Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembenrukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion), misalnya :

Ag+ + 2 CN- Ag(CN)2

Hg2+ + 2Cl- HgCl2

Di samping titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA.

Titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Contoh dari kompleks tersebut adalah kompleks logam dengan EDTA. Demikian juga titrasi dengan merkuri nitrat dan perak sianida juga dikenal sebagai titrasi komleksometri.

Titrasi langsung dengan EDTA dapat dilakukan terhadap sekurangnya 25 kation, dengan menggunakan indikator metalokromik. Zat pengompleks seperti sitrat dan tartrat, sering ditambahkan untuk menghindarkan pengendapan logam hidroksida. Suatu buffer NH3 – NH4Cl dengan pH = 9 ke 10 sering digunakan untuk logam-logam yang membentuk kompleks dengan amonia.

Pembentukkan suatu spesi kompleks yang tunggal daripada dihasilkannya spesi-spesi demikian tahap demi tahap, jelas akan menyederhanakan titrasi kompleksometri, dan memudahkan deteksi titk-akhir.

Kesadahan total air yakni kalsium dan magnesium dapat ditetapkan dengan titrasi langsung EDTA dengan menggunakan indikator hitam eriokrom T atau kalmagit. Kompleks antara Ca2+ terlalu lemah untuk menimbulkan perubahan warna yang benar. Tetapi magnesium membentuk kompleks yang lebih kuat dengan indikator, dibandingkan kalsium,dan diperoleh suatu titik akhir yang benar dalam suatu buffer amonia dengan pH = 10.

Dalam air tanah atau air permukaan selalu terlarut sejumlah garam kalsium atau magnesium baik dalam bentuk garam klorida maupun garam sulfat. Adanya garam – garam ini menyebabkan air menjadi sadah yaitu tidak dapat menghasilkan busa jika dicampur dengan sabun. Ukuran kesadahan air dinyatakan dalam ppm. Dikenal tiga macam kesadahan yaitu kesadahan total, kesadahan tetap dan kesadahan sementara. Ion magnesium (II) jika direaksikan dengan indicator EBT (rumus singkat dari H3In dan H2In) akan didapatkan kompleks MgIn- yang berwarna merah. Kompleks ini kurang stabil jika dibandingkan dengan kompleks Mg-EDTA sehingga dengan demikian jika dalam larutan yang mengandung kompleks MgIn- ditambahkan larutan EDTA, maka ion magnesium akan segera terikat pada EDTA, sedangkan ion indicator akan lepas dan kembali berwarna biru pada pH 7-11. Ion kalsium dengan EBT juga akan menghasilkan kompleks CaIn- tetapi kurang stabil dibandingkan kompleks Mg-EDTA. Ini berarti dalam larutan hanya mengandung ion kalsium (II), maka perubahan warna akan terjadi jauh sebelum titik akhir tercapai. Untuk mengatasi kesulitan ini maka kedalam larutan ditambahkan sedikit ion magnesium (II). Ion ini akan mengikat indicator dan akan bereaksi dengan EDTA jika semua ion kalsium telah bereaksi dengan EDTA.

Asam etilen diamin tetra asetat atau EDTA dalam bentuk asamnya dapat dituliskan sebagai H4Y dengan ion yang berada dalam tanda kurung besar disingkat H2Y2-. Dalam ion ini terdapat sejumlah pasangan electron yang dapat dipakai untuk pengikatan ion logam yaitu yang terdapat pada atom – atom N dan keempat atom oksigen. Dalam bentuk asam senyawa ini tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan basa seperti NaOH. Dalam bentuk garam Na2H2Y, senyawa ini mudah larut dalam air tetapi garam NaH3Y tidak larut.

Tidak ada komentar: