Rabu, 27 Agustus 2008

Nanang Galuh Banjarbaru 2008

Nanang Galuh Banjarbaru 2008

Menjadi salah seorang Nanang dalam ajang Pemilihan Nanang dan Galuh Banjar Duta Wisata Kota Banjarbaru adalah hal yang ingin ku wujudkan. Dalam Bahasa banjar Nanang artinya remaja pria dan Galuh artinya remaja wanita. Acara ini adalah event tahunan yang pasti diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banjarbaru, sekaligus memperingati Hari Jadi Kota Banjarbaru.

Bulan April 2008 yang lalu, gemuruh event itu begitu menggema di telinga kawula muda-mudi Banjarbaru. Tak terasa beberapa hari, pendaftarannya pun berakhir dan saatnya technical meeting bertempat di aula Trisakti Banjarbaru,dekat Hobbies. Sampai di sana ternyata baru sedikit kandidat-kandidat yang datang dan duduk-duduk sambil menanti para panitia. Tidak seperti yang kuduga, semua para panitia datangnya telat..Yaaa biasa Indonesia yang terkenal dengan budaya ngaret. Cukup lama aku di sana dan akhirnya calon Nanang dan Galuh 2008 yang lain sudah terkumpul dan semua panitia juga datang. Ehh, tau-tau panitia membuka kesempatan lagi untuk pendaftaran,berarti tambah banyak lagi dong saingan ku. Datanglah peserta yang lain berbondong-bondong yang didominasi anak-anak SMA, ada gurunya lagi yang mendampingi. Formulir pun baru aja mereka isi. Sepertinya acara ini tidak dipersiapkan dengan matang, sedikit kecewa sich, tapi mau bagimana lagi. Kegiatan pertama yang kami lakukan adalah pengukuran tinggi badan, sebelumnya para peserta registrasi terlebih dahulu. Pengukuran dilakukan secara bergantian, yang terlebih dahulu diukur adalah para peserta wanita setelah selesai dilanjutkan kembali oleh peserta pria. Dan saat tiba giliran ku,aku berharap tinggi badan ku mencukupi kriteria sebagai nanang, yang mengukur tinggi badan ku ketika itu kebetulan sekali adalah Nanang Banjarbaru 2007. Ternyata tinggi badan ku melebihi syarat dari panitia, aku sich senang tapi tetap saja bagiku tinggi badanku ini tak sama seperti kandidat kuat yang lain. Setelah pengukuran tinggi badan selesai, tiba saatnya para panitia menjelaskan teknis pelaksanaan untuk acara audisi besok. Dalam kesempatan itu kami diberi kesempatan untuk bertanya tentang hal-hal yang masih belum jelas. Tampak lagi seorang Nanang Banjarbaru 2007 membagikan jadwal acara audisi. Dalam jadwal audisi berlangsung selama tiga hari. Tak lama kemudian banyak pertanyaan menghujani para panitia, sampai ada peserta yang tanya bagaimana kalau ada peserta yang tidak menarik secara fisik tapi dapat mempromosikan budaya dan wisata kota Banjarbaru, karena menurutnya sebagai Duta Wisata tugas yang mesti dilakukan adalah hal itu, jadi tidak memamerken keunggulan fisik. Dan pada akhirnya technical meeting berakhir, aku pun mempersiapkan diri untuk audisi esok hari.

Tibalah saatnya hari pertama audisi, semua peserta wajib memperkenalkan dirinya. Itulah yang harus dilakukan di hari pertama. Seperti biasa setiap aku datang tetap saja masih ada yang bias telat. Sebelum itu juga kami harus registrasi lagi dan mengambil nomor. Nomor keberuntungan ku saat itu adalah 09. Akhirnya datang juga para juri, dan setelah beberapa peserta sudah memperkenalkan diri, rasa gugupku pun semakin menjadi-jadi. Sampai saai itu belum ada yang menggunakan Bahasa Inggris, hanya bahasa Banjar dan Bahasa Indonesia saja, karena kami diperbolehkan untuk memilih tiga bahasa tersebut. Aku pun menggunakan Bahasa Indonesia saja, biar lebih terartur dan berwibawa. Aku pun tercengang saat peserta yang berbicara Bahasa Inggris dengan fasihnya, itu pun menjadi kandidat yang mungkin sulit aku taklukan. Yang dinilai dari situ sich kata juri Public Speaking, bagaimana cara kita berbicara di depan khalayak ramai. Dalam waktu yang cukup lama akhirnya semua peserta telah selesai melakukan tugasnya .

Tak terasa hari kedua tiba, di hari ini tes wawancara, katanya sich. Ada empat materi yang dibicarakan, antara lain: Pemerintahan, Busana(Kepribadian), Budaya, dan Bahasa Inggris. Semua materi Alhamdulillah dapat terselesaikan dengan baik, terkecuali Bahasa Inggris, soalnya aku belepotan banget saat menjawab pertanyaan dari Ibu itu. Yaa terpaksa deh, jawabanku sedikit aneh yang penting ada kata-kata inggrisnya..he…he…he…he…. Sebenarnya sich hari itu tugas ku sudah selesai, tapi aku mau melihat kandidat yang lain. Waah ada anak SMA yang fasih banget Bahasa Inggrisnya, semua para peserta yang duduk didekatnya melihat ke arahnya.

Di hari ketiga adalah sesi keterampilan. Semua peserta mempunyai persiapan yang matang. Dan juri yang hadir pada saat itu adalah Dani Gapuri yang sudah berpengalaman menjadi juri Pemilihan Nanang dan Galuh Banjar. Aku pun pastinya sudah siap dengan keterampilanku,kebetulan aku mahir membaca puisi, jadi aku menampilkan itu. Cukup bervariasi sebenarnya yang ditampilkan oleh masing-perserta, yang paling banyak adalah menyanyi. Ada juga yang piawai dalam menari, ada tarian baksa kembang,baksa panah,dan japin ada juga tarian giring-giring. Ada lagi yang pandai sekali menampilkan Madihin itu-tu yang sering ditampilin sam John Tralala, artis banjar itu. Pokoknya aku senang soalnya, Om Dani bilang kalau intonasi saat aku membaca puisi sangat pas, beliau sebenarnya yakin kalau aku punya talent yang lain dan beliau berharap aku bisa bersaing di grandfinal bersama dengan finalis lain. Dalam benakku berarti aku ada harapan menjadi finalis Nanang tahun ini, dari situlah rasa optimisku semakin memuncak.

Setelah semua peserta unjuk kebolehan di depan para juri, walaupun sudah jam sebelas malam aku tetap duduk di kursi peserta, karena sebentar lagi adalah pengumumuan peserta yang masuk ke semifinal. Saat pengumuman itu tiba, Alhamdulillah namaku disebutkan juga. Aku harus bersiap-siap lagi untuk mempersiapkan busana Sasirangan untuk tampil di Semifinal.

Keesokan harinya pun aku masih sangat kebingungan mencari busana yang harus aku kenakan, karena panitia menginginkan busana semiformal yang didominasi kain Sasirangan (kain khas Kalimantan Selatan). Cukup sulit mencari busana seperti itu,tapi setelah berkonsultasi dengan ayahku ternyata beliau menyarankan untuk membuat busana itu saai itu juga. Tak lama kemudian aku dan ayah langsung ke rumah teman ayahku yang pandai sekali membuat jas. Tempo pembuatannya pun cuma satu hari saja, jadi beliau sangat bekerja keras untuk menyelesaikan jasku.

Tinggal beberapa menit lagi, acara malam itu akan berlangsung jika sesuai dengan jadwal. Tapi ayahku masih belum datang untuk mengambil jasku, tak lama kemudian akhirnya jas itu pun datang. Aku pun sebenarnya kasihan dengan ayahku yang dengan susah payah mengambilnya,tapi ayahku tetap tenang dan sangat memotivasiku agar bisa masuk ke grandfinal. Langsung saja ku buka dari kantong plastik itu, kulihat sebuah jas yang berwarna gelap dengan celana panjang hitam. Berangkatlah aku bersama ayahku naik motor ke tempat acara berlangsung, Alhamdulillah aku belum terlambat. Ternyata Allah masih meridhoi.

Semua pejabat sudah datang dan semua semifinalis sudah siap dengan busananya masing-masing, tak ketinggalan pula para juri yang siap meliahat aksi kami. Memang tidak ada basic sama sekali berjalan di atas catwalk jadi aku berjalan di atas panggung dengan seadanya yang mungkin menurutku terlihat bagus. Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya malam itu juga diumumkan sepuluh remaja pria dan sepuluh remaja wanita yang masuk ke grandfinal. Alhamdulillah, namaku disebutkan juga oleh juri. Aku sangat senang,obsesi ku ternyata bisa tercapai, tidak hanya sekedar mimpi.

Semua finalis harus mengikuti karantina di salah satu hotel berbintang di kota Banjarbaru. Dalam karantina itu ada berbagai macam kegiatan, hari pertama adalah konvoi keliling kota banjarbaru ,malamnya adalah table manner dan pembekalan materi mengenai kebudayaan. Keesokan harinya dimulai dengan siraman rohani setelah shalat subuh, senam pagi, sarapan pagi, dilanjutkan kembali dengan pembekalan materi tentang kepribadian, pengetahuan Bahasa Inggris, pemerintahan, perhubungan, dan tata kota. Malamnya kami makan di salah satu restoran fastfood dengan menggunakan bus dari pemko, sambil foto-foto juga sich. Setelah kenyang kembali lagi ke hotel untuk latihan menyanyikan lagu mars banjarbaru dan “Banjarbaru Kota Idaman”. Keesokan harinya siraman rohani lagi tentunya setelah shalat subuh, senam pagi, sarapan pagi, berkunjung ke tempat-tempat wisata yang ada di Banjarbaru, makan siang di salah satu warung yang menyediakan makanan laut dan lain-lain. Semua finalis kekenyangan termasuk panitia-panitianya, dan kami harus bersiap-siap pulang ke rumah masing-masing dengan tas yang sudah kami packing.

Karantina sudah berlalu, sehari setelah itu adalah Malam Busana Nasional salah satu penilaian di granfinal ada pada acara itu. Aku pun sudah siap pula dengan setelan jas tuxedo. Busana yang kami gunakan harus bisa dikenakan dalam acara resmi. Pada malam itu, hadir pula Galuh Banjarbaru terdahulu Wika Juliansyah yang bertugas sebagai host. Semua finalis sudah memamerkan busana resminya termasuk para Galuh yang ribet dengan kebayanya. Tapi kami tak pernah tau dengan penilaian juri.

Malam Grandfinal akhirnya tiba. Semua finalis tampak mengenakan busana daerah Nanang dan Galuh Banjar. Hadir pula Walikota Banjarbaru Bapak Rudi Resnawan dan para pejabat setempat lainnya. Satu peserta harus unjuk kebolehan lagi di hadapan penonton dalam menjawab pertanyaan yang kami dapatkan. Bersyukur sekali aku bisa menjawab dengan lancar atas pertanyaan yang ditujukan kepadaku. Setelah semua finalis sudah tampil, maka pengumuman pemenang pun akan segera dilakukan. Dan ternyata aku dinobatkan sebagai Nanang Busana Nasional atau lebih kerennya lagi The Best National Costum. Walaupun tidak menjadi jawara di tahun 2008 ini tapi aku tetap senang menjadi salah seorang finalis.